Bulan Februari 1992, pihak Badan Kesehatan Dunia (WHO) dan Badan Bantuan Anak-anak Internasional PBB (UNICEF) pernah mengungkapkan, sekitar satu milyar orang di seluruh dunia menghadapi resiko kekurangan zat yodium (iodine). Unsur kimia pada urutan 53 ini sebenarnya banyak ditemukan pada ikan laut dan tanaman laut. Yodium yang harus mulai dikonsumsi sejak balita ini berfungsi sangat utama bagi pertumbuhan otak dan kelenjang gondok untuk mengatur metabolisme tubuh.
Kekurangan yodium terutama terdapat di daerah-daerah paling kritis di pedalaman Afrika Tengah, Asia Selatan, daratan Cina, dan sebagian Amerika latin. Sementara para dokter di Dewan Internasional untuk Pengendalian Kelainan Kekurangan Yodium (ICCID) menyatakan, anak-anak yang memperoleh sedikit zat tersebut akan menderita kelambatan mental, pertumbuhan fisik jasmani terhambat dan menderita penyakit gondok atau pembengkakan kelenjar gondok pada lehernya. Ditegaskan, kekurangan yodium juga menyebabkan banyak problem kesehatan yang cukup memprihatinkan, meski kurang jelas. Misalnya, tingkat kematian bayi yang tinggi, berat badan kelahiran bayi yang rendah, dan ketidakmampuan berpikir dan belajar.
Ketiga badan dunia itu mengakui, kasus-kasus kekurangan yodium tidak hanya dimonopoli negara-negara berkembang, kenyataan menunjukan, kawasan pantai dan pedalaman di Eropa mengalami kasus serupa walau tidak parah. Sejumlah negara di Eropa yang tidak melancarkan program "garam beryodium" untuk masyarakatnya, trnyata mengalami penyakit gondok (thyroid) yang cukup tinggi dan merata. Mereka terlambat mengantisipasinya. Program pemberantasan kurang yodium UNICEF yang ditangani dokter senior, Dr. Rene Tonglet dari Brussels, berhasil mengatasi penyakit di zaire dalam satu tahun
Cukup 0.1 ml
Para peneliti penyakit menemukan, jumlah satu dosis tunggal saja yang sangat sedikit, sekitar 0.1 mililiter (ml) dari minyak sayuran yang beryodium, yang dilakukan dengan meminumnya, ternyata dapat mencegah kekurangan yodium sampai satu tahun. Penemuan ini penting sekali sebab jumlah dosis itu sebagian kecil dari dosis standar satu ml sebelumnya, dari minya beryodium. Menurut Dr. John Dunn dari Universitas Virginia AS, menyatakan dosis 0.1 ml itu hanya seharga 3 sen dolar. Ia menegaskan, "Harga semurah itu merupakan perbedaan yang signifikan jika kita perlukan sampai jumlah satu juta dosis dalam upaya memberantas kurang yodium di masyarakat di negara-negara berkembang."
Selain itu, para sarjana kesehatan WHO juga menggunakan bahan masakan garam beryodium, yang sejauh ini dinilai sebagai metode yang paling efektif dan paling disukai dalam penanggulangan zat itu. Namun, di sejumlah negara Afrika Tengah dan Amerika latin, lebih tertarik dengan minyak beryodium takaran 0.1 ml yang mudah dan praktis ditelan. Metode lain yang diterapkan WHO dan UNICEF di kedua benua itu melakukan suntikan intra-muskular dari yodium, yang dapat bertahan 2-3 tahun. Namun disadari, injeksi yodium ini mempunyai resiko berat lainnya dengan penyakit yang sangat menular, yaitu AIDS, sebab di daerah itu sudah merambah luas.
Garam Beryodium
WHO yang menangani masalah ini bagi anak-anak, setidaknya telah membantu 35 nrgara dunia dalam upaya menghilangkan kekurangan yodium dengan menggunakan garam beryodium (terutama pada masakan). Menurut Dr. Graeme Chegston, yang bekerja di makas WHO Jenewa, minyak beryodium menjadi solusi bagus untuk jangka menengah untuk mengatasi problem utamanya. Sedangkan penggunaan garam beryodium ditujukan sebagai solusi jangka panjang.
Ahli senior penyakit anak, Dr. J. Peter Greaver dari kritis negara-negara berkembang di dunia. "Penyakit bagi anak-anak ini merupakan penyebab tunggal yang paling dapat dihindari dan dilindungi terhadap kelemahan atau kelambatan mental. KOndisi ini dapat menimbulkan keterbelakangan kecerdasan dan kebodohan secara universal. Upaya pengentasan mereka memang hampir tidak mungkin di negara-negara yang anak-anak usia sekolah terganjal karena kekurangan yodium.
Menurut data dari Lembaga Kesehatan Cina di Beijing, tercatat lebih dari 35 juta warga Cina menderita gondok (goitre), terutama yang tinggal di daerah sulit diperoleh bahan yodium. Juga disebutkan, perkiraan lebih dari 370 juta orang di Cina daratan sangat rentan terhadap penyakit ini, seperti di kawasan pegunungan, pedesaan terpencil atau wilayah jauh dari perkotaan. Namun dewasa ini tengah di programkan secara intensif dengan garam beryodium secara seretan di daerah-daerah yang paling rawan.
Ketiga badan dunia itu mengakui, kasus-kasus kekurangan yodium tidak hanya dimonopoli negara-negara berkembang, kenyataan menunjukan, kawasan pantai dan pedalaman di Eropa mengalami kasus serupa walau tidak parah. Sejumlah negara di Eropa yang tidak melancarkan program "garam beryodium" untuk masyarakatnya, trnyata mengalami penyakit gondok (thyroid) yang cukup tinggi dan merata. Mereka terlambat mengantisipasinya. Program pemberantasan kurang yodium UNICEF yang ditangani dokter senior, Dr. Rene Tonglet dari Brussels, berhasil mengatasi penyakit di zaire dalam satu tahun
Cukup 0.1 ml
Para peneliti penyakit menemukan, jumlah satu dosis tunggal saja yang sangat sedikit, sekitar 0.1 mililiter (ml) dari minyak sayuran yang beryodium, yang dilakukan dengan meminumnya, ternyata dapat mencegah kekurangan yodium sampai satu tahun. Penemuan ini penting sekali sebab jumlah dosis itu sebagian kecil dari dosis standar satu ml sebelumnya, dari minya beryodium. Menurut Dr. John Dunn dari Universitas Virginia AS, menyatakan dosis 0.1 ml itu hanya seharga 3 sen dolar. Ia menegaskan, "Harga semurah itu merupakan perbedaan yang signifikan jika kita perlukan sampai jumlah satu juta dosis dalam upaya memberantas kurang yodium di masyarakat di negara-negara berkembang."
Selain itu, para sarjana kesehatan WHO juga menggunakan bahan masakan garam beryodium, yang sejauh ini dinilai sebagai metode yang paling efektif dan paling disukai dalam penanggulangan zat itu. Namun, di sejumlah negara Afrika Tengah dan Amerika latin, lebih tertarik dengan minyak beryodium takaran 0.1 ml yang mudah dan praktis ditelan. Metode lain yang diterapkan WHO dan UNICEF di kedua benua itu melakukan suntikan intra-muskular dari yodium, yang dapat bertahan 2-3 tahun. Namun disadari, injeksi yodium ini mempunyai resiko berat lainnya dengan penyakit yang sangat menular, yaitu AIDS, sebab di daerah itu sudah merambah luas.
Garam Beryodium
WHO yang menangani masalah ini bagi anak-anak, setidaknya telah membantu 35 nrgara dunia dalam upaya menghilangkan kekurangan yodium dengan menggunakan garam beryodium (terutama pada masakan). Menurut Dr. Graeme Chegston, yang bekerja di makas WHO Jenewa, minyak beryodium menjadi solusi bagus untuk jangka menengah untuk mengatasi problem utamanya. Sedangkan penggunaan garam beryodium ditujukan sebagai solusi jangka panjang.
Ahli senior penyakit anak, Dr. J. Peter Greaver dari kritis negara-negara berkembang di dunia. "Penyakit bagi anak-anak ini merupakan penyebab tunggal yang paling dapat dihindari dan dilindungi terhadap kelemahan atau kelambatan mental. KOndisi ini dapat menimbulkan keterbelakangan kecerdasan dan kebodohan secara universal. Upaya pengentasan mereka memang hampir tidak mungkin di negara-negara yang anak-anak usia sekolah terganjal karena kekurangan yodium.
Menurut data dari Lembaga Kesehatan Cina di Beijing, tercatat lebih dari 35 juta warga Cina menderita gondok (goitre), terutama yang tinggal di daerah sulit diperoleh bahan yodium. Juga disebutkan, perkiraan lebih dari 370 juta orang di Cina daratan sangat rentan terhadap penyakit ini, seperti di kawasan pegunungan, pedesaan terpencil atau wilayah jauh dari perkotaan. Namun dewasa ini tengah di programkan secara intensif dengan garam beryodium secara seretan di daerah-daerah yang paling rawan.
No comments:
Post a Comment